Sekeras-Keras Hati Suami, Lihat Isteri Berjuang Melahirkan, Niscaya Menitikan Air Mata Juga.

Related

APK NONTON BARENG
FILM TERBARU
Tidak semua suami menyadari usaha istrinya ketika melahirkan. Namun Andy Murray tidak termasuk suami jenis tersebut alasannya yaitu menemani istrinya melahirkan membuatnya sadar bahwa istrinya yaitu perempuan yang hebat.


Saat melahirkan anak pertamanya, istrinya mengalami perdarahan yang hebat dan itu memunculkan ketakutan besar di dalam dirinya. Ia tak bisa membayangkan bahwa istrinya bisa bertahan hidup sesudah kehilangan berbagai darah.

Untuk mengenang istrinya sebagai perempuan yang hebat, Andy menulis surat legalisasi suami supaya para suami lain juga menyadari betapa beratnya usaha hidup-mati istri ketika melahirkan.

Berikut ini surat yang menyadarkan suami akan perempuan yang hebat yang sebelumnya dimuat di laman Fatherly:

Semua persitiwa melahirkan akan membuat rasa trauma. Aku tidak bisa membayangkan bahwa insiden itu akan dijalani dengan ‘mudah’. Tapi barangkali beberapa perkara bisa digambarkan sebagai sesuatu yang relatif mudah.

Ketika saya mengantarkan istri ke rumah sakit untuk kelahiran pertama anak kami, saya berada dalam suasana hati yang cukup tenang. Teman-teman kami sudah punya anak dan tidak ada alasan untuk berpikir bahwa melahirkan akan jadi masalah.

0:00/0:00
Aku bahkan masih bisa bercanda dengan bidan ketika kami hingga di sana. Aku sangat damai ketika itu.

Istriku tampak sedikit tidak nyaman. Tetapi tidak ada hal mengerikan yang terjadi.

Nah, pada malam harinya, istriku mengalami nyeri yang luar biasa seolah ia belum pernah mencicipi itu sebelumnya. Aku melihat wajahnya ketika kontraksi kasatmata yang pertama terjadi.

Aku tahu bahwa beliau benar-benar kesakitan.

Namun, proses ini yaitu sesuatu yang sesuai dengan perkiraan. Aku merasa bahwa saya sudah berperan sebagai suami yang pernuh tanggung jawab, suami yang memberi pemberian penuh pada istri, dan seorang yang simpatik.

Istriku jadinya meminta suntikan epidural pada pukul 3:00 pagi (kami sudah berada di rumah sakit semenjak jam 11 malam), dan mereka melakukannya dengan ringkas. Aku pun pergi keluar untuk sekedar minum kopi.

Ketika saya kembali, istriku tampak benar-benar damai dan santai.

“Nah, baiklah deh. Semua baik-baik saja,” pikirku.

Kami bahkan masih sempat tidur.

Sekitar pukul 07:00, saya terbangun di dingklik teras ruang persalinan. Bidan menyampaikan bahwa sudah waktunya untuk mulai mendorong bayi keluar dari rahim istriku.

Kami berada di ruang bersalin. Proses mendorong bayi keluar dimulai.

Aku memegangi salah satu kaki istriku alasannya yaitu kakinya kebas dan ia juga tak bisa memindahkan kakinya sendiri.

Proses mengeluarkan bayi dimulai dan usaha terus dilakukan. Pada titik ini, saya mulai menyadari bahwa hal ini yaitu sesuatu yang cukup sulit untuk istriku.

Anda tidak akan pernah melihat bahwa bahkan orang-orang yang suka berolahraga di sentra kebugaran akan cukup terlatih menghadapi masa-masa menyerupai ini. Tiga jam sudah berlalu dan bayi belum juga muncul.

Situasi terakhir menunjukkan bahwa tidak ada gejala adanya lekukan U. Sehingga para tenaga medis menyampaikan padaku bahwa mekanisme operasi cesar harus dilakukan.

Aku gres saja akan menanggalkan sarung tangan dan maskerku ketika seorang tenaga medis berkata, “Aku pikir kami bisa mengeluarkan bayimu dengan tindakan memakai forceps.”

Terdengar menyerupai inspirasi anggun bagiku.

Jadi, kami mencoba lagi dan kaki istriku ditopang tinggi, dan saya merasa, “Wow, hal ini memang cukup berbeda. Proses ini tidak menyerupai yang terlihat di televisi.”

Istriku mencoba mendorong lagi. Persoalan serius sedang terjadi di antara kedua kaki istriku.

Dokter bedah Perancis ini memakai forceps untuk menarik kepala bayi keluar. Dia menarik bayi tersebut dengan seluruh kekuatannya, sampai-sampai otot lengannya tampak terlihat nyata.

Akhirnya, kepala bayi muncul dan perasaanku sungguh tak karuan. Ini benar-benar terjadi dan segalanya tampak begitu menakjubkan.

Aku terus menyampaikan kepada istriku, “kamu berhasil!”

Aku segera mengumumkan jenis kelamin bayi kami sekalipun saya sempat keliru mengucapkannya dengan menyebut sebagai bayi laki-laki.
Istriku mengoreksi dan berkata bahwa kami mendapat bayi perempuan. Kami semua tertawa.

Hal itu yaitu bercandaan terakhir yang berlangsung untuk sementara. Tenaga medis bertanya padaku apakah saya ingin memotong tali pusar bayi?

Tentu saja, saya akan melakukannya! Aku akan bersikap selayaknya seorang ayah yang bisa dibanggakan, bukankah begitu?

Aku mendekati dokter dan istri, kemudian memotong tali pusar yang tampak menyerupai daging bacon. Pandanganku kemudian jatuh pada organ pribadi istriku. Darah mengalir deras dari sana.

Hal itu mengingatkan saya pada air kolam mandi yang meluap alasannya yaitu kepenuhan. Kemudian, tiba-tiba, segala suka cita lenyap.

Aku pergi ke putriku yang gres lahir. Anak kami sedang berbaring di dada istriku dan melihat hal itu membuat jantungku berdebar keras.

Saya memberitahu tenaga medis bahwa rasanya saya akan pingsan. Kemudian, mereka mendudukkanku di kursi.

Kamu tahu rasanya ketika bangkit di pagi hari, dan tidak tahu apakah itu yaitu hari Sabtu atau Senin? Apakah kau harus bekerja hari itu?

Pikiran itulah yang terlintas di kepalaku ketika petugas medis menyadarkanku ketika pingsan di dingklik selama beberapa saat. Untuk beberapa ketika saya baik-baik saja hingga jadinya saya kembali dalam mimpi buruk.

Petugas medis yang berada di ruangan bersalin istriku jumlahnya sekarang dua kali lipatnya dari tadi.

Mereka bekerja tanpa bunyi dengan profesional ketika menangani istriku yang makin memucat, tangannya mencengkeramku kuat-kuat dan wajah istriku tampak kesakitan.

Seorang hebat bedah menyidik jalan lahir istriku dan bidan tampak sedang memijat perutnya. Mereka tidak bisa menghentikan perdarahan.

Wajah mereka tampak sangat tegang, beberapa perawat bahkan gemetaran. Aku jadi sangat ketakutan.

Kepala perawat berlutut di depanku dan menyampaikan kepadaku bahwa mereka sedang mencoba untuk menghentikan perdarahan. Mereka bertanya apakah saya ingin mendekap anakku ketika itu.

Aku memeluk anakku. Dia belum menangis dan hanya hanya menatapku dengan pandangan mata yang dalam, gelap, dan dengan kerlip mata bayi yang gres lahir dengan indah.

Anakku tidak mengeluarkan bunyi apapun. Aku bilang padanya bahwa segalanya akan baik-baik saja. Aku terus menyampaikan padanya dan tentu saja kepada diri sendiri.

Kenyataan yang bantu-membantu yaitu saya tidak tahu apa yang terjadi. Aku belum pernah mencicipi ketakutan menyerupai ini.

Oke, saya rasa sudah cukup ceritanya. Maaf. Terima kasih sudah membaca hingga akhir.

Proses melahirkan memang bisa jadi sesuatu yang terasa sangat dramatis. Istriku kehilangan hampir 3 liter darahnya.

Artinya, ia kehilangan setengah dari seluruh suplai darahnya. Jika Anda kehilangan darah sebanyak itu di pinggir jalan ketika kecelakaan, maka Anda akan mati.

Dia kehilangan sebagian besar darahnya dalam waktu 10 menit. Istriku tidak menyadari betapa gawatnya situasi yang terjadi.

Ia gres mengetahuinya sesudah dokter mengatakannya ketika ia sudah mulai sadar. Rasanya, saya bisa mencium bau darah selama seminggu penuh sesudah ia melahirkan.

Aku tidak bisa mengatakannya kepada siapa pun perihal hal itu selama berbulan-bulan tanpa menangis. Aku pun menulis ini sambil menangis.

Akhir yang kami jalani berlangsung dengan kebahagiaan. Tentu saja saya sangat menyadari ini dan saya bersyukur untuk itu.

Aku pikir mungkin saya mempunyai semacam PTSD (Post Trauma Stress Disorder atau Gangguan Trauma Paska Stres) dari pengalaman tersebut.

Tapi saya baik-baik saja.

Putri keduaku lahir dua bulan yang lalu. Kelahirannya mempunyai dongeng tersendiri yang berbeda dengan kelahiran kakaknya yang pertama.

Trauma mendalam yang dialami Andi Benson mengajarkan kita bahwa usaha hidup-mati istri untuk keselamatan diri dan bayinya itu kasatmata adanya. Penulis ini menentukan untuk menghadapi traumanya dengan cara menulis pengalamannya dan membaginya kepada para pembaca.

Apakah sebagai suami, Anda mengalami stress berat juga ketika menemani istri melahirkan? Apakah istri juga mengalami perdarahan yang hebat ketika melahirkan? Bagikan pengalaman Anda di kolom komentar ya, Parents…

Sumber:id.theasianparent.com

Related Posts

0 Response to "Sekeras-Keras Hati Suami, Lihat Isteri Berjuang Melahirkan, Niscaya Menitikan Air Mata Juga."

Post a Comment

APK NONTON BARENG
FILM TERBARU