Haram Hukumnya Mengumbar Malu Atau Duduk Kasus Rumah Tangga Ke Media Sosial
Wednesday, June 24, 2020
Add Comment
Related
Tujuan dari seseorang berumah tangga ialah semoga mendapatkan ketenangan dan ketentraman di dalamnya dikarenakan adanya rasa saling mencintai, mengasihi, menyayangi, seperasaan dan senasib sepenanggungan di dalam menjalani kehidupan.
وَمِنْ آيَاتِهِ أَنْ خَلَقَ لَكُم مِّنْ أَنفُسِكُمْ أَزْوَاجًا لِّتَسْكُنُوا إِلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُم مَّوَدَّةً وَرَحْمَةً ۚ إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَآيَاتٍ لِّقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ
“Dan di antara gejala kekuasaan-Nya ialah Dia membuat untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kau cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat gejala bagi kaum yang berfikir.” (QS. Ar Ruum [30] : 21).
Untuk itu, islam telah memilih hak-hak dan kewajiban masing-masing anggota keluarga serta kewajiban bersama mereka didalam mewujudkan banyak sekali tujuan diatas. Diantaranya ialah adanya upaya untuk saling menjaga kehormatan dan menutupi malu masing-masing.
فَالصَّالِحَاتُ قَانِتَاتٌ حَافِظَاتٌ لِّلْغَيْبِ بِمَا حَفِظَ اللَّهُ
“Maka perempuan yang saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, alasannya ialah Allah telah menjaga (mereka).” (QS. An Nisa [4] : 34)
Islam melarang seorang suami atau istri mengungkapkan aib-aib masing-masing pasangannya kepada orang lain dengan tujuan yang tidak dibenarkan, sebagaimana diriwayatkan Imam Bukhori dari Abdullah bin Umar bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
“Dan siapa yang menutupi (aib) seorang muslim maka Allah akan menutup aibnya pada hari qiyamat.”
Ibnu Majah meriwayatkan dari Ibnu ‘Abbas, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, dia bersabda,
“Barang siapa yang menutupi malu saudaranya muslim, Allah akan menutupi aibnya pada hari kiamat, dan barang siapa mengumbar malu saudaranya muslim, maka Allah akan mengumbar aibnya sampai terbukalah kejelekannya di dalam rumahnya.”.
Begitu juga larangan Islam dari menceritakan dan mengungkapkan diam-diam korelasi mereka berdua di daerah tidur kepada orang lain menurut apa yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Abu Sa’id Al Khudri berkata; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallambersabda,
“Sesungguhnya insan yang paling buruk kedudukannya di sisi Allah pada Hari Kiamat ialah seseorang yang menyetubuhi istrinya dan istri bersetubuh dengan suaminya, kemudian suami membuatkan diam-diam istrinya.”
Aibku, Aibmu, Aib Kita. Makara Kenapa Harus Diumbar?Dalam pergaulan sehari-hari tanpa disadari kita sering terjebak untuk mengungkapkan atau mengumbar kekurangan pasangan kita masing-masing.
Curhat menjadi ajang daerah untuk berkeluh kesah terhadap hal-hal yang tidak disukai dari pasangannya. Kalau masih taraf pacaran atau berteman dekat, hal tersebut masih sanggup dimaklumi.
Namun kalau sudah menjadi pasangan suami istri yang sah, bahkan sudah punya beberapa bawah umur yang lucu-lucu. Hal ini tentu akan menjadi sinyal-sinyal negatif bagi kelanggengan rumah tangga.
Bukankah pada masa proses berpacaran masing-masing sudah mengetahui kelebihan dan kelemahan pasangannya. Meskipun ketika itu ada saja sifat-sifat yang belum terlihat seluruhnya.
Namun niat suci yang diwujudkan dalam ikatan perkawinan sanggup dijadikan benteng untuk memperkokoh keharmonisan rumah tangga. Komitmen untuk mendapatkan segala kelebihan dan kekurangan diawal perkawinan juga hal yang harus menjadi pertimbangan.
Dengan fenomena social media ketika ini, curhat sudah tidak lagi dilakukan person to person tapi sudah merambah melalui facebook, twitter dengan update status perihal beraneka ragam.
Kadang tanpa disadari juga mengungkap permasalahan yang sedang dihadapi dengan pasangannya yang pada kesannya malah akan membongkar malu sendiri.
Contohnya, di Facebook, seorang sahabat bikin status menyerupai ini, “Emang yummy diselingkuhi”. Dengan status menyerupai ini secara tidak pribadi dia membuka malu bahwa dia diselingkuhi dan yang kasihan ialah suami/istri.
Walaupun contohnya memang pasangannya menduakan tapi kan itu malu suami/istri yang perlu dijaga. Hal tersebut juga membuka pintu prasangka bagi siapa saja yang membaca statusnya.
Dalam pergaulan sehari-hari baik itu dalam lingkup pekerjaan maupun dalam lingkup pertemanan, beberapa kali saya pernah dicurhati rekan laki-laki mengenai masalahnya dengan istrinya yang pada kesannya membuka beberapa kekurangan (aib) istrinya yang tidak disukainya.
Saya jadi teringat percakapan dengan dua orang rekan dalam perjalanan kiprah ke Kabupaten Serdang Bedagei kira-kira seminggu sebelum lebaran. Saat itu pak Alvin (bukan nama sebenarnya) mencoba untuk menjelaskan keterlambatannya dari waktu yang sudah kami sepakati sebelumnya.
Hal yang diluar dugaan saya dia menyampaikan bahwa pagi itu sedang menuntaskan duduk masalah dengan istrinya yang berdomisili di Jakarta, sementara dia sudah 5 tahun terakhir ini menetap di Medan.
Inti permasalahannya, si istri sering mendengarkan curhat rekan laki-laki sekantornya bahkan sudah 20 kali sehingga menimbulkan fitnah bagi mereka berdua.
Meskipun sang istri menyampaikan bahwa dia tidak punya perasaan khusus dengan rekannya itu , namun hal itu tidak membuat pak Alvin mendapatkan penyataan istrinya begitu saja. Beliau menuntut pembuktian.
Pada kesempatan yang lain lagi, saya sempat mendengarkan curhat sahabat usang yang lagi bermasalah dengan istrinya, banyak sekali daftar kekurangan sang istri yang diungkapkan pada saya.
Sebenarnya saya risih juga mendengarkannya, namun saya berusaha untuk bersikap netral, dengan menanyakan kelebihan-kelebihan istrinya, hal-hal apa yang dulu membuat sahabat saya ini jatuh cinta pada istrinya. Selanjutnya saya tidak lagi merespon pembicaraan yang sudah menjurus ke permasalahan pribadi.
Dari pola masalah di atas, alangkah baiknya kalau lebih baik kita intropeksi diri, alasannya ialah tak gading yang tak retak, tidak ada insan yang sempurna.
Yang diharapkan ialah bagaimana menyikapi kekurangan pasangan masing-masing dengan komunikasi yang efektif dengan menanggalkan terlebih dulu ego masing-masing.
Suami atau istri yang hanya suka mencari-cari kekurangan dan kesalahan pasangannya bahkan menyebarluaskannya kepada orang lain ialah pasangan yang sangat tidak bijaksana dan merusak rumah tangganya sendiri. Suami/istri yang sudah mengetahui malu pasangannya sepatutnya menyimpan malu tersebut sebagaimana menyimpan malu kita sendiri.
Saya pernah membaca satu ayat yang menjelaskan bahwa istri ialah pakaian bagi suami, begitu pula sebaliknya. (QS. Al-Baqarah [2]: 187)
Sebagaimana yang kita tahu bahwa salah satu fungsi pakaian ialah sebagai epilog aurat. Aurat merupakan hak keistimewaan yang hanya diberikan bagi suami/istri sekaligus merupakan malu yang harus ditutupi dari penglihatan orang lain. Yang berarti suami/istri harus sanggup menutupi malu yang ada pada pasangan mereka dari orang lain, jangan malah mengumbarnya.
Selain itu pakaian merupakan identitas diri, ingat kalimat ”You are what you wear”, yang berarti bahwa apa yang kita pakai menggambarkan diri kita.
Suami/istri merupakan satu paket sehingga pada saat suami/istri keluar rumah berarti masing-masing membawa dua identitas sekaligus yang masing-masing seharusnya saling menjaga diri. Karena suami merupakan identitas bagi istri, demikian pula sebaliknya.
Hadist lain mengatakan:
“Seluruh Ummatku akan diampuni dosa–dosa kecuali orang–orang yang terang–terangan (berbuat dosa). Di antara orang–orang yang terang-terangan berbuat dosa ialah seseorang yang pada waktu malam berbuat dosa, kemudian di waktu pagi ia menceritakan kepada insan dosa yang dia lakukan semalam, padahal Allah telah menutupi aibnya. Ia berkata, “Wahai Fulan semalam saya berbuat ini dan itu.” Sebenarnya pada waktu malam Tuhannya telah menutupi perbuatannya itu, tetapi justru pagi harinya ia membuka aibnya sendiri yang telah ditutupi Allah” (Muttafaq’alaih HR: Bukhari dan Muslim)
“Barangsiapa menutupi (aib) seorang muslim, maka Allah akan menutupi (aibnya) di dunia dan akhirat.” (HR. al-Bukhari dan Muslim)
Kesimpulan
- Membuka malu sendiri saja tidak diperbolehkan apalagi membuka malu suami, istri dan keluarga kepada orang lain.
- Aib istri adalah malu suami demikian juga sebaliknya. Menceritakan malu suami atau istri berarti membuka malu sendiri.
- Curhatlah pada Allah alasannya ialah kerahasiaannya niscaya akan terjamin dan solusi yang terbaik datangnya hanya dari Allah.
Sumber: merdekasiana.com
0 Response to "Haram Hukumnya Mengumbar Malu Atau Duduk Kasus Rumah Tangga Ke Media Sosial"
Post a Comment